Senin, 12 Januari 2015

Kita Bersama

Nyanyian sendu mengiringi hari-hariku
Ikuti nada yang bersiul-siul
Ketika waktu berirama merdu
Ada kamu yang hadir dalam rinduku, sayang..

Hidup sejenak ku lewati hampa
Yang kini perlahan akan sirna
Ungkapkan kejujuran hatiku terdalam
Kuingin peluk erat dirimu, sayang...

Seperti bintang yang menghiasi malam
Aku dan engkau selalu berdua.. dan bercanda mesra
Yang tak pernah rapuh selamanya.. kita selalu bersama

Senin, 24 November 2014

Andai

Andai malam tanpa terang bintangmu
Kegelapan sunyi semakin nyata
Utuh selalu puisi indah tercipta
Cerita antara aku dan dirimu

Ikatan yang semakin tak terlepaskan
Nyatakan kebahagiaan tanpa batas
Tebarkan pancaran senyuman manismu
Adalah engkau, wahai peri kecilku

Kegelisahan yang takkan pernah terulang lagi
Adalah karena ku selalu bersamamu
Menjalani hari-hari milik kita berdua
Ungkapkan sejuta rindu yang tak pernah pudar

Dengan hatiku yang mengagumimu
Enggan untuk menutupi perasaan ini
Kuakui dengan segenap keyakinan, aku mencintaimu :)

Minggu, 23 November 2014

Fase

Fase-fase yang menghiasi warna hari-hariku
Akankah selamanya bahagia? akankah ada canda yang tak biasa
Dengan segala kerinduan yang menghampiri
Indah kurasa dekapan hangatnya

Langit yang membentangkan nyanyian gelombang
Lambai awan putih beriringan menjelajahi cakrawala
Angin pun meniupkan kesejukan hembusannya

Hei... pelita hatiku

Inilah hati yang selalu merindukanmu
Nyanyikan nada-nada terindahmu
Dengan kesungguhan hati untuk mengungkapkan
Rasa yang tak kuasa aku pendam lagi

Aku mencintaimu :)

Rabu, 05 November 2014

Rindu Tak Usai

Seperti hari-hari sunyiku memeluk manja gelap ini
Berjalan kadang tanpa arah menjejakkannya
Seribu rindu sejuta makna terpendam
Ketika rindu ini pun tak pernah sampai kepadamu

Dan engkau yang selalu menepis perasaan ini
Aku pun hanya bisa tersenyum di persimpangan batin
Melihat engkau yang tersenyum tanpa hadirku di sampingmu
Melihat bayang-bayang rindu yang kau anggap semu

Rindu yang tak akan usai, persembahan terindah untukmu
Meski aku harus menjaga jarak denganmu
Jarak yang selalu membuatku rindu
Rindu yang tak pernah usang, rinduku padamu

Kamis, 30 Oktober 2014

Dear ......

Dear ......

Aku menulis surat ini sambil mengenang setiap untaian waktu yang sudah kulewati untuk mengenalmu lebih dekat. Waktu yang tak mungkin dapat kuambil lagi.
tak lama waktu yang kita miliki untuk bisa saling mengenal. Tapi bagiku adalah lebih dari cukup untuk memahami, bahwa ternyata aku mengagumimu..

Kita pun jarang bertemu. Hanya barisan kalimat pendek yang mungkin setiap hari aku kirim dan terima darimu. Tapi... perlahan aku merasa nyaman. Kedamaian itu ada walaupun hanya sejenak aku bisa melihatmu tersenyum.

Hei.. wanita yang pada akhirnya jadi seseorang yang cukup spesial di hatiku. Entah darimana asalnya sesuatu itu. Sesuatu yang semakin menguatkan perasaan ini. Sesuatu yang aku sadari ternyata itu adalah rasa sayang..

Aku pun tak tahu sejauh apa sesuatu yang aku rasakan. Karena jika aku bisa mengukurnya, maka bukan ketulusan yang aku berikan. Aku pun tak bisa menahan perasaanku. Perasaan yang aku sadari ternyata itu adalah rasa cinta..

Aku menulis puisi, bukan untuk menunjukkan bahwa aku pandai merangkai kata-kata menjadi kalimat pemanis hati. Puisiku menunjukkan keindahan wanita yang menjadi sumber motivasi untuk menulis lagi. Tak banyak rangkaian kata yang bisa aku buat untukmu. Melalui bait-bait puisi yang teruntuk dirimu, dengan cara itu aku mengagumimu...

Aku selalu mengajakmu untuk bersama. Walupun hanya untuk melihat wajah dan senyumanmu yang selalu membuatku rindu. Aku bukanlah lelaki yang baik dan terbaik, namun aku berusaha memperbaiki diri dan menjadikanmu wanita yang jauh lebih baik. Ya... aku nyaman dan tentram di dekatmu. Melalui waktu-waktuku yang aku berikan untukmu.. Melalui waktu-waktu yang aku curahkan untuk memperhatikanmu, dengan cara itu aku menyayangimu..

Ada ruang-ruang dalam relung hatiku yang kupersembahkan untukmu. Ruang-ruang yang dapat engkau isi, entah saat ini atau nanti. Ya.. terlalu dalam perasaan ini harus kupendam. Mungkin aku tak pantas memiliki perasaan ini..

Mungkin suatu saat nanti..Jika memang tak ada waktu dan ruang lagi untuk kita selalu bersama, aku takkan pernah melupakanmu. Engkau berhak untuk melupakanku karena mungkin waktu terlalu semu jika aku terus mendekatimu. Dan jika memang takdir memisahkan waktu dan ruang yang telah kita buat, aku berjanji dan akan kupastikan rasa ini takkan pernah padam. Melalui hal-hal sederhana yang menurutku sangat menyenangkan dan membuatku bahagia, akan selalu aku kenang dan banggakan..Melalui rasa yang tak mungkin aku ungkapkan kepadamu, dengan cara itulah aku mencintaimu....

Dear Diary

Dear diary...

Sudah berapa banyak lembar yang telah aku tuliskan untuk menyimpan kisah-kisah yang kulewati? Sudah pasti berlembar-lembar cerita yang aku tuangkan melalui tinta-tinta terang dan gelap di atas kertas yang putih bersih. Pernah aku menutup dirimu, berharap agar tak ada kisah sedih yang terulang, ketika aku kehilangan seseorang yang sangat aku sayang...

Kusimpan rapat erat dirimu. Dalam kotak misteri yang selalu aku pandangi, namun aku tak sanggup untuk membukanya. Hingga suatu saat Tuhan pun memberikan anugerahNya. Sebuah benih yang aku tahu ternyata itu rasa cinta..

Alam pun berbahasa yang sama, seolah merestuiku untuk bertemu dengan seorang bidadari kecilku, yang pada akhirnya aku sadari ternyata dia adalah permata yang selalu aku mimpikan. Angin yang bersiul menyejukkan kedekatan ini.. dan langit yang teduh membuatku nyaman ketika berada di sampingnya. Dan semua yang aku sadari ternyata aku mulai mengaguminya...

Hari-hari aku lewati dengan suka dan duka sebagai pemanis kehidupan yang sungguh bermakna ini. Dengan segala perhatian yang aku curahkan hanya untuknya, tanpa alasan yang jelas mengapa hati ini selalu menantinya. Dan semua yang aku sadari ternyata aku mulai merindukannya...

Hei...sudah berapa lembar yang aku habiskan untuk memendam rasa ini? Aku yakin kau pun takkan bisa menghitungnya, begitu pula diriku.. Wahai diary yang selalu setia membaca setiap makna yang kupendam erat dalam hatiku.. Tahukan satu hal yang tak mungkin aku tulis di atas lembar putihmu? Sssttt.. hei aku bisikkan sesuatu.

Jangan kau tulis.. cukup engkau pahami dan rasakan. Ya... rasa sayangku padanya tak mungkin dapat aku tuliskan. Benar kan?
Ssstt... aku.. mencintainya.. Itulah rasa terpendam  yang tak mungkin kuungkapkan padanya kan?
:)

Selasa, 28 Oktober 2014

Dear Edelweiss

Dear Edelweiss..

Waktu itu selalu berjalan lurus ke depan, itu yang semua orang tahu. Tapi waktu bisa kita putar lagi, itu yang aku tahu. Begitu juga waktu-waktu yang sudah terlewati. Meski hanya sejenak, namun seakan terasa seabad. Dan waktu-waktu yang coba aku putar kembali, untuk mengingat awal kita berjumpa.

Hei... kamu yang kurasa adalah waktu yang abadi. Edelweiss yang selalu aku kagumi dan banggakan. Engkau adalah simbol ketulusan..seperti rasa yang ingin kuberi kepadamu.

Edelweiss yang putih memesona. Menebarkan benih-benih bahagia dalam hariku. Kasihmu yang mungkin takkan pernah terungkap.. dapat kurasa betapa besar perjuanganmu, untuk menebar senyuman terindahmu... dan itu adalah rindu yang kuakui..

Edelweiss yang cantik nan menawan. Keindahan yang tak mungkin aku hindari, untuk selalu mengagumimu. Wahai engkau yang tersipu malu.. dapat kurasa hatimu yang bersinar, untuk menenangkan bumi dan langitku... dan itu adalah bahagia yang kudambakan..

Kamu... ya kamu.. Tidakkah kau lelah selalu menghantuiku? Ya.. aku pun sadar engkau adalah simbol keabadian, seperti dirimu yang selalu hadir dalam setiap mimpiku..
Kamu... ya kamu.. Tidakkah kau lelah selalu tersenyum? Ya.. aku pun sadar engkau adalah symbol ketulusan, seperti ketulusan yang membuatku menyayangimu..
Kamu... ya kamu.. Tidakkah kau lelah selalu bersinar terang? Ya... aku pun sadar engkau adalah simbol pengorbanan, seperti sikapmu yang membuat hari-hariku selalu bahagia... :)